Sunrise, Jazz, dan Bromo
Posted under: LIPUTAN MEDIA, Obyek Wisata
KOMPAS.com – Memandang matahari kala terbit dari ufuk timur membuat degup jantung kencang. Kemunculan sang matahari selalu dinanti dan membuat langit berwarna. Itulah sepenggal nuansa di Gunung Bromo, Malang, Jawa Timur.
Perjalanan Rizky (26) menuju Penanjakan Matahari Terbit dilihat sangat gelap dan berpasir. Pantas saja, sebelumnya, guide bilang sangat disayangkan kalau datang ke Bromo memaksakan naik dengan mobil biasa sampai atas.
Sesampainya di titik sunsrise, para wisatawan langsung menyebar dan mencari tempat terbaik di antara lautan manusia demi menikmati keindahan matahari terbit.
Rizky dengan perlengkapan dokumentasinya menyerobot paling depan. Tidak hanya berebut tempat dengan turis lokal, dia juga harus berdesakan melewati turis mancanegara.
Dinginnya Bromo yang sampai menusuk ke tulang perlahan menguap, saat mentari mulai merayap menampakkan cahayanya, seakan menyampaikan sapaan dari Sang Pencipta. Gelap malam pun pecah, memesona ribuan mata yang menyaksikan.
Kaki Rizky tak mau bergerak, walaupun mentari sudah tak malu-malu memperlihatkan seluruh tubuh bercahayanya. Namun, berhubung datang bersama rombongan, mau tak mau dia harus mengikuti jadwal yang sudah ditetapkan.
Setelah itu, perjalanan dilanjut dengan jip menuju kawah Bromo untuk melihat Pura Luhur Poten di tengah lautan pasir. Selain melihat pemandangan, para pengunjung bisa pula menyewa kuda untuk berjalan-jalan.
Spot pemberhentian selanjutnya ialah Bukit Teletubbies. Sebutan ini menjadi terkenal karena bukit hijau yang tampak bertumpuk-tumpuk itu mirip sekali dengan tempat tinggal karakter serial anak-anak, Teletubbies. Tanaman perdu pakis dan rerumputan memenuhinya.
Perjalanan menuruni lereng Bromo kian seru karena sopir jip yang ditumpangi Rizky, kira-kira berusia 20-an itu, “ngebut”. Jip pun berlari kencang di lautan pasir yang curam.
Festival
Selama ini, Rizki serta banyak wisatawan lainnya hanya mengenal Bromo dari keindahan sunrise dan spot itu-itu saja. Padahal, Gunung Bromo rutin jadi tempat beragam pagelaran festival, salah satunya Jazz Gunung yang diadakan tiap tahun.
Tahun ini, kemeriahan Jazz Gunung terbilang sukses membuat decak kagum para penonton. Jazz Gunung Bromo kembali digelar untuk kedelapan kalinya di Amfiteater Jiwa Jawa Resort Bromo, Desa Wonotoro, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, pada tanggal 19 – 20 Agustus 2016.
Dengan tema “Pesta Merdeka Di Puncak Jazz Raya” yang bertepatan dengan perayaan kemerdekaan Republik Indonesia acara dikemas dengan balutan semangat merah putih di pegunungan.
Selama dua hari penikmat musik disuguhi penampilan musisi kenamaan, seperti Ian Scionti Trio (Spanyol), Samba Sunda, Ring of Fire Project Gt. Bonita dan Richard Hutapea, Ermy Kullit, Shaggy Dog, Nial Djuliarso, Trio Ft. Arief Setiadi, Peni Chandra Rini, The Groove, dan Dwiki Dharmawan Project akan tampil di Jazz Gunung Bromo 2016.
“Dari tahun ke tahun Jazz Gunung terus menarik banyak pengunjung. Meskipun begitu dia tetap membatasi kuota penonton, yakni 2.000 orang,” kata Pengagas Jazz Gunung, Sigit Pramono, dikutip Kompas.com, Jumat (19/8/2016).
Dalam acara tersebut, The Groove menjadi band penutup yang tampil di Jazz Gunung 2016. Band yang mengusung aliran musik acid jazz itu, menjadi salah satu band paling ditunggu penonton Jazz Gunung 2016. Pasalnya, saat mereka membawakan lagu “khayalan” para penonton bersorak dan berdiri sembari menari.
Meningkatkan jumlah wisatawan
Meski demikian, keelokan Gunung Bromo Tengger serta festival musik tahunan tersebut nyatanya belum cukup menjaring wisatawan mancanegara (wisman). Hal itu terlihat dari data pengunjung Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).
Sesuai data TNBTS, jumlah wisatawan mancanegara hanya sekitar 17.016 orang. Angka ini dapat dibandingkan dengan pengunjung domestik yang mencapai 456.995.
Dari data tersebut masih jadi tantangan bagi pemerintah. Promosi tentang wisata Gunung Bromo Tengger Semeru masih harus ditingkatkan hingga luar negeri.
Kerjasama antar-warga dan pelaku usaha di kawasan Gunung Bromo pun perlu ditingkatkan. Salah satunya, mengenai patokan harga barang dan jasa agar harga antar-penjual tidak “jomplang”.
Masalah itu disampaikan pula oleh Tatok KM selaku Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Probolinggo. Ia mengatakan, pelaku usaha, seperti pemilik jip dan kuda, dihimbau untuk memasang tarif yang sudah disepakati.
“Kita sudah mengeluarkan peraturan tarif angkutan jip dan kuda. Demikian pula pelaku usaha lainnya, seperti penjual cinderamata dan perhotelan, kami minta pasang harga yang wajar agar wisatawan kembali ke Bromo. Jika dikerjain, mereka bukan senang, tapi stres sepulang dari Bromo,” ujar Tatok KM seperti dikutip dari Kompas.com, Minggu (20/3/2016).
Selain itu, Asisten Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan Kementerian Pariwisata Wisnu Bawa Tarunajaya menegaskan, tarif terlalu mahal di atas ketentuan bisa merusak citra Bromo sebagai destinasi wisata andalan Indonesia.
“Kami minta komitmen bersama untuk memajukan obyek wisata Bromo. Wisatawan harus kita layani dengan baik, termasuk dengan tarif wajar. Jika mereka kecewa mereka akan menceritakan pada wisatawan lainnya,” jelas Wisnu.
Infrastruktur dan promosi.
Pembangunan infrastuktur penunjang dan promosi bisa menjadi solusi untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang melancong ke Gunung Bromo Tengger. Salah satu yang perlu dikembangkan ialah akses.
Pembangunan jalan tol dan bandara misalnya. Hal ini bisa memudahkan wisatawan untuk datang ke Bromo Tengger.
“Saya mengusulkan kepada pemerintah pusat agar membangun jalan tol dan bandara di Kabupaten Probolinggo sebagai sarana untuk mempermudah akses ke Bromo,” ujar anggota DPR RI dapil Probolinggo-Pasuruan, Hasan Aminuddin ujar Hasan, dikutip Kompas.com Selasa (26/7/2016).
Sebenarnya, khusus Bromo Tengger Semeru, beragam program pengembangan infrastruktur dan akses sudah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2014-2019.
Rencananya pemerintah akan membuat Bromo Tengger Semeru sebagai “International Geo-Eco Culture Park”. Maka dari itu, fasilitas pendukung kegiatan pariwisata perlu dikembangkan, seperti resort dan pembuatan paket wisata.
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Kementerian Pariwisata Dadang Rizki Ratman mengatakan, dalam pengembangan suatu destinasi dibutuhkan suatu komitmen antar semua pihak, mulai dari pemerintah sampai masyarakat. Selain itu, masyarakat diminta untuk menumbuhkan sisi kreatif agar wisatawan bisa berlama-lama tinggal di destinasi tersebut.
“Intinya pariwisata itu menjual jasa. Jadi, harus memberikan yang terbaik pada jasa tersebut. Jika itu sudah dipenuhi akan berdampak positif bagi semua pihak, menambah nilai ekonomi masyarakat misalnya,” ujar Dadang Rizki Ratman kepada Kompas.com, Senin (2/5/2016).
Dari segi promosi, Pemerintah sudah menetapkan Bromo Tengger Semeru sebagai satu dari 10 destinasi prioritas. Dengan begitu, sampai 2019 pengenalan terhadap Bromo Tengger Semeru oleh pemerintah lebih digencarkan.
Pagelaran Jazz Gunung pada 19-20 Agustus 2016 merupakan momentum untuk melihat perkembangan pembangunan infrastruktur dan promosi tersebut. Ini membuktikan bahwa Bromo tak kalah saing dibandingkan destinasi-destinasi lain yang sudah lebih dulu mengemuka, seperti Bali atau Raja Ampat di Papua Barat.
Lewat program-program itu diharapkan orang semakin tertarik datang ke Bromo Tengger Semeru. Sebagai informasi, sembilan destinasi lain yang jadi prioritas adalah Danau Toba, Tanjung Lesung, Candi Borobodur, Mandalika, Labuan Bajo, Morotai, Wakatobi, Tanjung Kelayang, dan Kepulauan Seribu.
Nah, dalam segi promosi, Anda sebenarnya bisa berkontribusi menyiarkan pesona wisata Indonesia yang pernah didatangi lewat fan page Facebook “Cerita Destinasi”. Unggahan di media sosial tentang destinasi wisata Anda sebaiknya juga disertai tanda pagar (tagar) #ceritadestinasi.
Lewat dunia maya, siapa tahu kisah-kisah perjalanan Anda bisa mendunia sehingga masyarakat internasional pun tahu lebih dalam mengenai kekayaan alam Nusantara. Karena, Indonesia bukan hanya Bali saja…
Penulis : Reza Pahlevi
Editor : Latief
Sumber: http://travel.kompas.com/
Foto : Reza Pahlevi/Kompas.com / Suasana di Gunung Bromo Tengger